Ketika sedang asyik-asyiknya menikmati aktivitas ngeblog di siang hari, tiba-tiba pandangan saya beralih kepada dua sosok nenek tua yang menghampiri pohon jambu depan rumah saya. "Neeng, menta daun jambuu (Neng, minta daun jambu)," saut salah seorang nenek sambil menyiapkan tongkat untuk mengambil daun jambu. Saya kemudian menghentikan kegiatan saya di depan laptop, kemudian memperhatikan kedua nenek itu yang sedang mengambil daun jambu dengan tongkat bambunya. Saya perhatikan dengan seksama, salah seorang nenek sudah berjalan bungkuk dan lambat, dan yang satu lagi agak lebih muda darinya. Kalau saya lihat penampilan mereka, sepertinya mereka bekerja mencari kayu dan kemudian menjualnya, sebelumnya saya pernah melihat orang-orang seperti mereka yang melintasi rumah kami dengan membawa karung berisi kayu-kayu. Usianya mungkin berbeda 5-6 tahun lebih tua dari kakek saya.
Melihat kondisi yang sudah renta, tapi masih gigih bekerja kadang membuat hati saya merasa miris. Di usia yang seharusnya bisa menikmati hidup dengan tenang, harus tetap bekerja demi sesuap nasi padahal kondisinya tidak sekuat saat muda dulu. Menyambung artikel yang dulu pernah saya tulis, Sosok Kakek Pantang Menyerah, saya merasa terhura eh terharu sekali dengan perjuangan mereka.
Berbagai pertanyaan tiba-tiba muncul di benak saya. Kemana anak dan cucu mereka? Apa anak-anak mereka tidak sanggup untuk menghidupi orang tuanya yang sebenarnya tidak kuat lagi untuk bekerja? Apa anak-anak mereka tidak bekerja sehingga membuat orang tua mereka tetap bekerja di usianya yang sudah senja itu? Entahlah, hanya beliau (nenek) dan Allah yang tahu. Meski di televisi sering ditayangkan bagaimana kehidupan mereka, tapi kan nggak semuanya benar-benar dalam kondisi seperti itu, anak mereka yang sakitlah, yang bekerja tapi belum mencukupi semua kebutuhan sehari-harilah, dan kondisi lainnya.
Kemudian saya merenung. Usia saya akan menginjak angka 22 di tahun ini, dan masih berstatus mahasiswa, tepatnya mahasiswa tingkat akhir. Sedangkan usia ayah dan ibu saya sudah menginjak kepala 4, ayah 45 tahun, dan ibu 43 tahun. Saya lihat rambut ayah juga sudah mulai memutih, ya sudah tumbuh banyak uban di rambutnya. Tapi sampai sekarang ini mereka masih semangat mencari nafkah untuk kami sekeluarga, untuk biaya saya dan adik kuliah. Meski ayah dan ibu hanya berjualan kue dan dititipkan di kantin, tapi kami cukup bersyukur dengan kehidupan kami sekarang. Sepuluh tahun lagi, ah tidak 5-7 tahun lagi mereka berusia 50 tahun. Usia yang sebenarnya tidak bisa lagi dibilang muda. Saya berharap 5-7 tahun mendatang, bukan mereka lagi yang menafkahi kami, tapi saya dan adiklah yang menafkahi mereka, setidaknya untuk kehidupan yang lebih baik dari saat ini. Ya, saya bertekad setelah saya lulus tahun ini (semoga, aamiin), saya bisa mencari kerja dengan gaji yang cukup, ya cukup untuk membantu membiayai kuliah adik saya, cukup untuk membeli rumah yang layak untuk keluarga kami, cukup untuk membeli mobil, dan cukup untuk biaya nikah nanti (ehem :D).
Saya berharap nantinya kedua orang tua saya tidak lagi susah payah bekerja seperti nenek yang mengambil daun jambu di depan rumah saya. Biarlah saat ini mereka bekerja dengan giat untuk kami, tapi di masa tua mereka nanti, kamilah sebagai anak-anaknya yang membahagiakan mereka. Orang tua kami bisa merasakan masa tuanya dengan bahagia. Semoga, aamiin :')
Terkadang bukan karena tidak ternafkahi oleh anak anaknya, seseorang itu bekerja walaupun sudah renta. Ingin mengisi kegiatan dan menghibur diri salah satu alasannya.
BalasHapusSalam
Edi Padmono
iya, barangkali bosan juga kalau hanya duduk santai menikmati hari.
Hapusterima kasih atas pencerahannya :)
salam kenal :)
sebenarnya tergantung pada pribadi masing2. bergumul dengan khidupan sehari2 membuatku menyadari, kehidupan sangat unik. ada wanita usia produktif yg sibuk mengeluh karena "dipaksa" bekerja. ada wanita (sepertiibuku) yang tetap memilih bekerja meski semua anak telah memberi uang bulanan yang sangat cukup demi harga diri dan kegiatan senggang. :)
BalasHapustak mudah dipahami, tapi itulah hidup.
iya, setiap orang memang punya alasan pribadi ya untuk bertahan dengan pendiriannya. kadangkala orang lain nggak menerima karena tak tega dengan kondisi beliau yang sebenarnya. namun yang bersangkutan merasa masih masih menikmati semuanya itu.
Hapusjadi nggak ada yang perlu disalahkan juga. terima kasih pencerahannya mbak :D
Tiba" jadi memikirkan diri ini, gimana ya jika masa tua sudah datang? :D
BalasHapushehe, setelah mendengar nasehat dari para senior, kita tinggal memilih saja. hidup di masa tua bahagia dengan santai, atau menikmati masa tua dengan bekerja dan bahagia :D
Hapusmungkin harus diajak ngobrol dulu
BalasHapusini masih nyari penghasilan, kemana anak-anaknya?
Jika jawabannya adalah aktualisasi hidup, agar hidupnya terhormat maka kerjanya muncul dari dalam diri, namun jika karena keterbatasan dan kesulitan hidup, maka harus dicari anak cucunya itu kemana ...
iya, memang ada 2 alasan yang bisa diutarakan orang tua yang masih bekerja pada masa tuanya. saya juga menyadari, nggak bisa saya menyalahkan salah satu pihak, karena kita nggak tahu apa alasan mereka sebenarnya.
Hapusnice opinion, salam kenal :)
Bapak dan ibu mertua saya umurnya 82-70 tapi masih giat bekerja ngurus sawahnya. Itu bukan karena anaknya tidak mampu lho, tapi mereka merasa pegel2 kalau hanya duduk manis di rumah. Dan tak jarang mereka mengeluh sakit pinggang sakit inilah itulah, tapi tetap saja ke sawah kalau sakitnya sudah sembuh. Ya sudah.... kami tidak bisa memaksa. Kalau sakit diantar ke dokter gitu aja. :)
BalasHapusOrang lain mungkin akan berpikir anaknya kemana aja? Anaknya ga mampu ya atau apa. Padahal mereka sendiri yang keukeh mau kerja. hehe
iya, kita sebagai anak barangkali bisa membantu bliau dengan mendukungnya dan kalau sakit ya tinggal kita yang mengurusnya ya, hehe :D
Hapusmakasih opininya, salam kenal :)