Naik Satu Tingkat
Memasuki tahun kedua adalah masa dimana bisa menunjukkan eksistensi sebagai kakak tingkat karena baru memiliki adik tingkat (mahasiswa baru, red). Dan eksistensi itu ditunjukkan pada saat orientasi pengenalan kampus alias ospek. Banyak teman-teman saya yang tergabung dalam kepanitiaan ospek, termasuk saya saat itu. Saya tidak ingat kalau saya ikut daftar sebagai panitia, namun entah kapan nama saya sudah tercantum sebagai panitia. Jadi mau tidak mau, saya harus ikut bertanggungjawab dalam kelangsungan acara tersebut mengingat waktu itu saya adalah bagian acara.
Naik satu tingkat kuliah artinya naik satu tingkat kesulitan. Menghadapi mata kuliah yang semakin rumit dari sebelumnya. Saya ingat mata kuliah yang sangat sulit itu adalah Rangkaian Listrik II, Medan Elektromagnetik, dan Teknik Digital. Begitu banyak angka dan rumus yang harus saya pelajari hingga membuat saya “ingin muntah”. Berkali-kali memperhatikan dosen menjelaskan, hanya sekian persen bisa dipahami. Setiap kuis harus mendapatkan nilai merah dan membuat saya menjadi takut akan nilai-nilai yang semakin amburadul. Tapi untunglah, karena usaha keras dan bantuan teman-teman, saya bisa melalui semua itu dengan hasil yang baik.
Praktikum Tulis Tangan
Semakin tinggi semester maka semakin banyak praktikum yang harus ditempuh. Namanya juga teknik, pasti banyak praktikumnya. Di tahun kedua ini saya harus menempuh 7 praktikum, dan salah satu praktikum yang paling saya ingat adalah Praktikum Rangkaian Listrik. Kenapa? Karena praktikum tersebut memiliki percobaan terbanyak dibandingkan praktikum lainnya.
Saya jadi merasakan manfaat ospek terutama pada saat harus membuat resume dengan tulisan tangan berlembar-lembar. Karena dampak yang saya rasakan tersebut, saya alami pula pada saat Praktikum Dasar Pemrograman, Fisika Dasar (tahun pertama), dan Rangkaian Listrik. Bahkan pada saat Praktikum Rangkaian Listrik, saya harus menulis laporan mulai dari bab pendahuluan sampai kesimpulan. Tidak jarang saat asistensi laporan saya harus dicorat-coret karena isi laporan masih tidak sesuai harapan para asisten, dan saya harus memperbaiki laporan tersebut untuk kesekian kalinya. Belum lagi 1 praktikum yang memuat data banyak sehingga menulis perhitungannya pun hingga berlembar-lembar. Tidak boleh ada coretan pada lembar laporan menjadi tantangan tersendiri untuk mengerjakannya sehingga harus dikerjakan dengan ekstra hati-hati.
Saya ingat sekali pada saat praktikum terakhir, data hasil praktikum kami tidak valid. Ketidakvalidan data itu membuat saya ragu untuk membuat laporan. Bahkan ketika teman-teman yang lain mencoba mengerjakan data apa adanya, saya lebih memilih untuk menunggu data yang valid. Sayangnya, ketidakvalidan data itu tidak membuat waktu pengumpulan mundur. Bayangkan saja H-2 sebelum pengumpulan, kami masih mencari data yang valid. Empat orang teman saya bahkan sampai rela lembur di laboratorium demi mendapatkan data yang sebenarnya. Namun setelah berkali-kali percobaan mendapatkan hasil yang sama seperti sebelumnya, akhirnya kami mengerjakan laporan seadanya, dan itu di H-1 pengumpulan.
Mulai dari sore hingga pagi di esok harinya saya dan teman-teman mengerjakan laporan dengan seluruh kemampuan. Saya harus berkali-kali menahan kantuk dengan minum air sebanyak-banyaknya agar bisa menyelesaikan laporan. Namun, nasib berkehendak lain, laporan belum selesai saya sudah tepar duluan. Akhirnya, saya harus menyelesaikan laporan di tengah-tengah waktu pengumpulan. Tapi dari semua itu meninggalkan kenangan yang tidak dapat terlupakan, mengerjakan laporan di tengah kuliah yang lain, menyelesaikan laporan hingga tidak tidur, bahkan mengejar asisten kemanapun mereka pergi demi mendapatkan nilai.
Menjadi Asisten Laboratorium
Bagi saya saat itu, menjadi seorang asisten lab adalah pekerjaan yang menyenangkan. Betapa tidak, kita bisa menghabiskan waktu untuk menggali ilmu di lab, karena tentu saja asisten lab punya hak lebih untuk itu dibanding yang lain. Juga bisa menjadi jembatan ilmu antara dosen dan praktikan karena biasanya yang memberikan materi praktikum di lab adalah asisten. Dan entah kenapa saat itu saya begitu ingin menjadi seorang asisten lab hingga suatu ketika muncul pengumuman tentang open recruitment asisten lab di lab Konversi Energi Listrik. Tanpa menunda waktu, saya langsung mempersiapkan berkas yang dibutuhkan dan segera mengumpulkannya ke kakak tingkat yang menjadi asisten disana. Ada 7 orang teman-teman saya yang melamar menjadi calon asisten, ada saya, Novita, Ghifery, Singgih, Gali, Andes, dan Takul.
Saya ingat seleksi asisten saat itu dilaksanakan pada bulan Maret 2012, saat saya sedang menempuh kuliah semester 4. Seleksi tersebut terbagi dalam 3 bagian : ujian praktik dan tulis, serta wawancara. Saat saya menjalani seleksi, saya menjadi agak pesimis. Selain karena saingannya adalah teman-teman sendiri yang berkompeten, saat ujian saya merasa kurang bisa menjawab dengan baik. Tapi ternyata eh ternyata rasa pesimis itu dibalas dengan kabar bahagia, ya saya diterima menjadi asisten disana. Rasa senang dan bangga akhirnya impian saya sejak tahun pertama itu akhirnya tercapai, akhirnya saya bisa mengabdi untuk lab selama lebih kurang 2 tahun (2012-2014) bersama 3 teman saya, Takul, Ghifery, dan Novita.
ciyeee dapat adek adek baru
BalasHapushaha, iya dong, sekali-kali bergaya jadi kakak tingkat :D
Hapusterima kasih sudah berkunjung ^_^
sangat membantu informasinya thks
BalasHapusterima kasih kembali :)
BalasHapus